Tingginya Resiko Seorang Pelaut, KSU Tj. Perak Sampaikan Materi Keselamatan dan Keamanan Berlayar
Guna menjamin keselamatan dan keamanan dalam pelayaran, Kepala Bidang (Kabid) Keselamatan Berlayar Kantor Kesyahbandaran Kelas Utama (KSU) Tj.Perak Surabaya, Syachrul Nugroho menyampaikan kepada taruna-taruni POLTEKPEL Surabaya pada Kuliah Umum (17/12/2019). Banyak hal yang disampaikan oleh kabid Keselamatan Berlayar kepada taruna-taruni mengenai dunia diklat perlautan. Beliau menyampaikan bahwa pemberian diklat di pendidikan taruna yang keras baik dari senior maupun perwira, untuk tidak ber-negative thinking. Karena hal itu sebenarnya merupakan salah satu cara pembentukkan karakter manusia yang tangguh.
Mengingat resiko kehidupan dilaut sangat tinggi. Sehingga sangat dituntut seorang pelaut harus survive dalam bertahan hidup di laut. Saat terjadi peristiwa bahaya di kapal saat berlayar, tim penolong tidak akan mungkin segera datang. Oleh karena itu, seluruh awak kapal harus bisa menolong diri-sendiri. Pelatihan terus-menerus untuk meningkatkan kapabilitas dan reflek motorik dalam kapal, harus diadakan tiap saat. Pelaut Indonesia juga harus dituntut melek akan kecanggihan teknologi. Sistem feeling dan insting sudah tidak jamannya lagi digunakan pada era digital saat ini untuk memandu tujuan berlayar.
Perbedaan profesi pelaut dengan profesi darat lainnya terletak pada sifat. Pelaut bersifat lebih universal, keahlian berlayar pun setara dengan standar dunia. Sehingga saat berlayar ke destinasi manapun, telah diakui secara Internasional. Sedangkan profesi darat, hanya terpaku pada akreditasi yang diberikan dari negara yang bersangkutan. Profesi pelaut sangat terbuka tanpa melalui proses panjang, maka pelaut Indonesia harus lebih kompetitif dan mampu bersaing dengan negara lain. Standar kurikulum silabus laut di seluruh dunia pun sama, yaitu terpaku pada IMO sebagai model course.
Keselamatan berlayar tidak hanya dari keterampilan awak kapal, kelayakan kapal juga menjadi faktor. Perancangan kapal sangat diperhitungkan, lebih rumit dibandingkan rancangan bangunan. Kondisi kapal harus mampu menahan gaya eksternal dan internal. Gaya internal yang sering dinamis masuk kedalam kapal sesuai dengan pola pemuatan, tingkat kemiringan kapal, dan titik berat kapal yang berubah-ubah sesuai dengan pola pemuatan. Sehinga dibutuhkan adanya subdivisi dalam kapal untuk diperhitungkan tingkat stabilitas. Keamanan laut, pemetaan lokasi kapal, dan rute pelayaran menjadi bagian dari gaya eksternal yang menjadi faktor dalam hal keselamatan. Pedoman keselamatan, dikaitkan dengan keselamatan jiwa bukan keselamatan kapal. Hal ini dikarenakan adanya peraturan kapal yang tercantum pada Solas untuk memberikan perlindungan pada manusia selama berada di kapal.
Dipenghujung kuliah umum, Bapak Kabid Keselamatan Berlayar KSU Tj.Perak Surabaya ini memberikan kesempatan kepada taruna-taruni baru POLTEKPEL Surabaya untuk mendapatkan informasi tambahan pada sesi tanya jawab. Dan sebagai salam penutupnya, disampaikan dan mengajak bibit pelaut Indonesia, khusus lulusan dari POLTEKPEL Surabaya untuk terus belajar dan memegang prinsip keselamatan dan keamanan berlayar.